Mengenal Material Wood-Plastic Composite sebagai Alternatif Kayu Alami

 

Outdoor-Flooring-Wood-Plastic-Composite-Floor-WPC-Deck

Pernah mendengar Wood-Plastic Composite? Pertama kali material ini diperkenalkan di Amerika Utara di awal tahun 90-an, sebagai bahan pengganti deck kayu hingga isu global tentang produksi kayu yang terus menurun menjadikan Wood-Plastic Composite ini menjadi popular. Biasanya penggunaan material kayu untuk outdoor sangat riskan terhadap cuaca, apalagi iklim di Indonesia yang cenderung lembab dan basah. Kelembapan yang tinggi dapat memancing rayap datang dan menjamah kayu tersebut. Tak jarang pengroposan terjadi, dan membuat material tersebut pecah-pecah dan terlihat jelek. Pengaruh intensitas  cahaya matahari juga membuat warna albino pada kayu, warna kayu berubah karena pengaruh sinar UV dari matahari yang menyebabkan perubahan warna.

Berbeda dengan Wood-Plastic Composite, material ini lebih dikenal di Indonesia dengan sebutan kayu komposit. Sederhananya kayu komposit adalah serbuk kayu yang dibentuk kembali menyerupai kayu melalui campuran thermoplastic seperti resin. Bahan material ini lebih ringan dan ramah lingkungan. Tidak hanya itu, kayu komposit lebih mudah perawatannya dan lebih tahan lama. Beberapa produk unggulan akan sukar berubah warna akibat efek UV. Pilihannya pun beragam, ada banyak pilihan bentukan serat kayu dengan aneka warna. Untuk yang memiliki anak dan mempertimbangkan kayu komposit yang terbuat dari bahan sintetis tidak perlun takut. Beberapa produk unggulan pastinya telah teruji bebas dari bahan toxic, jadi aman buat si kecil.

Jangan samakan kayu komposit dengan bahan partikel board yang digunakan pada lemari dan meja belajar. Partikel board sendiri berupa serbuk gergaji yang dipadatkan menggunakan bahan perekat, karena itu partikel board sangat rentan terhadap air dan gampang rontok. Kayu komposit berbeda, serbuk kayu atau yang disebut serat selulosa kayu (bukan serbuk gergaji) yang begitu halus diresinisasi dengan thermoplastic dan dicetak kembali menjadi kayu dengan uliran serat yang mirip dengan kayu asli. Bahan sintetis thermoplastic seperti PVC, PP, PE dan sebagainya, merekatkan serbuk selulosa kembali dan terjaga dari pengaruh iklim dan cahaya. Tentunya perlu waktu bertahun-tahun untuk kropos dari pengaruh air.

Kayu komposit dapat digunakan untuk indoor maupun outdoor, seperti dinding dan lantai di dalam maupun luar rumah, pagar halaman, bahkan deck-deck untuk daerah basah seperti pada kolam maupun daerah berawa. Untuk warna dan seratnya tinggal dipilih yang mana disuka dan disesuaikan dengan desain yang diinginkan. Untuk perawatan cukup terbilang mudah, hanya dilap untuk menghilangkan kotoran pada material tersebut, tidak butuh perawatan khusus seperti kayu sungguhan yang merepotkan. Apalagi dengan ketersediaan kayu yang semakin sedikit menyebabkan harga kayu semakin melambung tinggi, harga kayu yang bagus untuk lantai seperti kayu merbau yang memiliki harga paling murah Rp.150.000 per 3 meternya, sedangkan harga kayu komposti berkisar Rp.55.000 hingga Rp.120.000 per 3 meter, dan tersedia tidak hanya berupa plang panjang, tapi juga tersedia dalam bentukan persegi. Begitu banyak kelebihan kayu komposit, lalu kenapa tidak mencoba untuk beralih ke kayu komposit? Menarik bukan.

 

 

Facebook Comments
317 queries in 1.204 seconds.